TAJUK,Memaknai Penghematan PDF Print
Saturday, 12 May 2012
Pemerintah telah melakukan berbagai program untuk penghematan anggaran
negara setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi belum
bisa dilaksanakan dalam waktu dekat.
Upaya penghematan itu dilakukan dengan pemotongan anggaran di hampir
semua kementerian dan lembaga negara dengan porsi bervariasi sesuai
dengan ketentuan yang diputuskan Kementerian Keuangan. Pemotongan
anggaran yang dituangkan dalam APBN-P 2012 sebesar Rp18,91 triliun itu
bertujuan mengamankan pelaksanaan APBN 2012.Salah satunya adalah jumlah
subsidi BBM yang terus membengkak karena tren kenaikan harga minyak
mentah dunia.
Hampir setiap tahun subsidi harga BBM menjadi masalah yang rumit dan
berbelit karena tidak hanya melibatkan dimensi politik anggaran, tetapi
juga politik kekuasaan yang bernuansa pertarungan 2014.Subsidi BBM
adalah polemik tahunan yang seolah tiada ujung penyelesaian. Semua
presiden harus menanggung masalah ini di masa pemerintahannya.
Tapi yang menarik adalah wacana yang bergulir berikutnya di masyarakat.
Sebelum pemerintah akhirnya mengeluarkan lima imbauan (belum kebijakan)
mengenai penghematan BBM,sudah muncul banyak opsi. Mulai pembatasan BBM
bersubsidi jenis premium berdasarkan kapasitas mesin kendaraan, tahun
pembuatan kendaraan hingga penggunaan smart card sebagai alat kontrol.
Di pihak lain ada usulan konversi dari premium ke bahan bakar gas (BBG)
yang tampaknya secara hitungan lebih masuk akal.Opsi pembatasan
penggunaan premium serta pengondisian masyarakat untuk menggunakan
pertamax berbasis harga pasar kelihatannya paling mudah.Tapi di lapangan
praktiknya akan sulit.
Konversi dari BBM ke BBG juga tidak sederhana karena membutuhkan
coverter kityang harganya cukup mahal. Di tengah tarik ulur wacana
itu,pemerintah mengeluarkan lima keputusan penghematan energi yang
dimulai dari jajaran birokrasi sendiri. Keputusan itu ialah melarang
mobil dinas pemerintah berpelat merah menggunakan premium, mewajibkan
kendaraan pertembangan dan perkebunan menggunakan BBM nonsubsidi,
pembatasan penggunaan listrik di gedung-gedung pemerintah dan lembaga
negara,
pembangkit listrik PLN tidak boleh menggunakan BBM,dan mempercepat
program konversi BBM ke BBG di Pulau Jawa. Kelima keputusan ini akan
diumumkan langsung oleh Presiden bulan ini dan akan berlaku per 1 Juni
2012. Jika kelima instruksi itu bisa dijalankan dengan baik oleh semua
jajaran pemerintahan ditambah dengan pemotongan anggaran yang sudah
dilakukan sebelumnya,tentu penghematan anggaran akan terasa.Apalagi jika
diikuti pengawasan yang ketat atas potensi kebocoran dan kecurangan
seperti dijanjikan.
Masyarakat menunggu sejauh mana pemerintah bisa memberi contoh berhemat
energi yang baik sehingga mereka pun akan mengikutinya. Namun di tengah
harap-harap cemas itu, tiba-tiba muncul ide dari Menko Perekonomian
Hatta Rajasa dan Menteri Perindustrian MS Hidayat untuk mendukung
penggunaan mobil hibrida sebagai jawaban atas bagaimana cara hemat energi.
Mobil hibrida yang menggunakan gabungan baterai dan mesin bensin akan
didatangkan secara massal dari produsennya dengan insentif bea masuk dan
pajak penjualan barang mewah.Rupanya pemerintah begitu yakin penggunaan
mobil hibrida produksi luar negeri yang harganya relatif mahal ini
adalah solusi jitu penghematan BBM. Itu gagasan baik.Tapi benarkah hal
tersebut akan menghemat anggaran negara?
Jangan sampai maksud hati berhemat BBM tapi justru memboroskan anggaran
untuk impor. Artinya, harus dilakukan kajian mendalam lagi apakah benar
mobil hibrida adalah solusi yang tepat? Kenapa pemerintah tidak pilih
mengembangkan mobil Esemka atau mobil listrik hasil karya anak bangsa
sendiri? Kalau tidak sekarang, kapan lagi produksi dalam negeri diberi
kesempatan?
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/494100/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.