Selasa, 08 Mei 2012

[Koran-Digital] TIRTA N MURSITAMA: Merkozy Menuju Merllande?

Merkozy Menuju Merllande? PDF Print

Wednesday, 09 May 2012

Francois Hollande akan mengambil alih tampuk pimpinan sebagai presiden

Prancis setelah meraup 58,3% suara mengalahkan Nicolas Sarkozy yang

mendapatkan 51,6% dalam pemungutan suara yang berakhir 5 Mei lalu.



Hasil pemilihan umum ini disambut sukacita oleh rakyat Prancis dan

respons yang beragam di belahan Eropa. Kemenangan tipis Hollande

memangmengundangberbagai spekulasi.Apakah rakyat memilih karena

janji-janji kampanye yang lebih populis ataukah mereka karena alasan

"asal bukan Sarkozy".Namun, terlepas dari itu, hasil pemungutan suara

membuktikan keinginan rakyat Prancis akan ada angin perubahan di bawah

kepemimpinan Sosialis.



Akhir Merkozy?



Kerja sama Prancis dan Jerman telah menjadi motor bagi perkembangan di

Eropa. Sejarah membuktikan bahwa maju mundurnya Eropa tidak bisa

dipisahkan dari peran yang diambil kedua negara khususnya sejak Charles

de Gaulle dan Konrad Adenaeur memimpin Prancis dan Jerman. Dalam

penyelesaian krisis Eropa, Prancis, dan Jerman telah memainkan peran

yang signifikan.



Saking eratnya duo antara Merkel,kanselir Jerman, dan Sarkozy, presiden

Prancis dijuluki "Merkozy" karena kekompakannya menggiring Eropa dengan

program-program penyelamatan yang lebih bersifat austeristik. Sebagai

dua pemimpin konservatif, mereka berhasil menggolkan Fiscal Pact atau EU

Austerity Treaty yang ditandatangani oleh 25 negara di Uni Eropa.



Fiscal Pact ini pada dasarnya mengharuskan negara anggota EU membatasi

defisit pemerintah kurang dari 0,5% dari PDB dan sepakat dikenakan denda

dari Administrasi EU bila defisit mereka melebihi ambang batas tersebut.

Pakta ini harus diratifikasi oleh 25 negara EU, sedangkan Inggris dan

Ceko telah menolak menandatanganinya sejak awal dengan alasan melanggar

kedaulatan.



Negara-negara EU dipaksa memotong anggaran pemerintah, lebih dari

sepuluh persen pengangguran tercipta akibat resesi ekonomi

berkelanjutan. Negara-negara EU dalam posisi sulit yang tidak hanya

secara ekonomi,tetapi juga sosial politik. Hingga kini pakta ini telah

diratifikasi 12 negara sedangkan beberapa negara lain masih menyisakan

persoalan domestik yang harus diselesaikan antara lain dengan

referendum. Misalnya, langkah referendum yang akan ditempuh Irlandia di

musim panas nanti.



Merllande?



Pascakemenangan Hollande duo"Merkozy"terancam.Paling tidak kelanjutan

dari sisi ide. Selama kampanye Hollande terus mendengungkan renegosiasi

Fiscal Pact bila terpilih. Langkah populis inilah yang antara lain

mendorong rakyat Prancis memilih pentolan Partai Sosialis ini. Janji itu

pun sepertinya akan ditepati dengan rencana kunjungan Hollande kepada

Merkel untuk membicarakan hal ini.



Namun, pemenuhan janji itu masih harus menempuh jalan terjal karena

Merkel telah mewanti-wanti Hollande bahwa tidak akan ada renegosiasi

tentang pakta ini. Hollande bukan tidak sadar dengan "peringatan" Merkel

tersebut, melainkan ia berpandangan bahwapasti ada jalan berkompromi

untuk sedikit melakukan perubahan yang bisa menjadi pelengkap dari pakta

tersebut.



Dari komunikasi politik antar dua pemimpin di berbagai media

mengindikasikan posisi-posisi tawar masing-masing yang tinggi, seolah

tak mau kompromi terjadi. Di sinilah turning point masa depan

penyelamatan Eropa dari krisis dipertaruhkan. Kemenangan Hollande atas

petahana (incumbent) Sarkozy dalam pemilihan presiden Prancis

menunjukkan beberapa pelajaran berharga.



Pertama, dalam situasi ekonomi dan sosial yang sulit,apalagi sedang

mengalami krisis berkepanjangan, rakyat menginginkan perubahan. Calon

yang mampu mengartikulasikan dengan efektif ide-ide perubahan yang lebih

baik diikuti dengan kerja-kerja politik yang cerdas akan memiliki

kesempatan lebih besar untuk dipilih rakyat.Akhirnya kandidat tersebut

memenangi pertarungan.



Apalagi bila ada tendensi calon petahana tidak memiliki prestasi yang

impresif selama masa kepemimpinannya, akan lebih mudah meraup kemenangan

jumlah suara walaupun tipis. Kedua, dalam kehidupan demokrasi yang

relatif lebih matang seperti di Eropa dan Amerika Serikat, dengan

kecenderungan pilihan partai politik yang mengerucut pada tahapan

pemilihan suara akhir, misalnya dua partai, perbedaan ideologis di

antara kandidat yang menjadi alasan rakyat menentukan pilihan.



Perbedaan ideologis ini jelas membawa implikasi alternatif kebijakan

yang akan dipilih. Dalam konteks pertarungan Hollande versus Sarkozy,

tampak jelas bahwa rakyat menginginkan kebijakan yang membuka ruang

terhadap "pertumbuhan" dibandingkan "pengetatan" yang selama ini diusung

duo "Merkozy". Ketiga, ke mana Hollande akan membawa Prancis masih akan

menjadi pertanyaan besar.



Ada kecenderungan bahwa para pemimpin yang berasal dari partai Sosialis

sekalipun dituntut untuk berkompromi dengan ide-ide propasar yang lebih

mengedepankan kehatihatian dan tata kelola ekonomi korporasi

besar.Apalagi bila dihadapkan pada kenyataan dengan kondisi keuangan

domestik negaranya yang terbeban utang misalnya. Belum lagi, desakan

lembaga-lembaga internasional pemberi utang yang memiliki kecenderungan

memberikan persyaratan tertentu (conditionalities) bagi pengucuran

bantuannya.



Sejarah mencatat paling tidak di negara-negara Amerika Latin, para

pemimpin partai Sosialis yang memenangi pemilu biasanya akan cenderung

berkompromi dengan kemauan pasar yang lebih liberal. Dengan demikian,

"kompromi" sepertinya akan menjadi kata kunci yang mengemuka dalam

beberapa bulan ke depan.



Hollande harus mampu menyeimbangkan antara ekspektasi konstituen

domestiknya dan tetap berkontribusi secara positif dalam penyelamatan

Eropa dari krisis dengan meneruskan kerja sama dengan Merkel. Bila

berhasil dicapai kesepakatan, tidak mustahil akan terbangun "Merllande"

menggantikan "Merkozy" yang membawa hal positif tidak hanya bagi

Prancis, tetapi juga Eropa.●



TIRTA N MURSITAMA PHD

Head, Institute for Business and Diplomatic Studies,

Bina Nusantara University



http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/493342/



--

"One Touch In BOX"



To post : koran-digital@googlegroups.com

Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com



"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus



Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun

- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu

- Hindari ONE-LINER

- POTONG EKOR EMAIL

- DILARANG SARA

- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau

Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------

"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.