Merkozy Menuju Merllande? PDF Print
Wednesday, 09 May 2012
Francois Hollande akan mengambil alih tampuk pimpinan sebagai presiden
Prancis setelah meraup 58,3% suara mengalahkan Nicolas Sarkozy yang
mendapatkan 51,6% dalam pemungutan suara yang berakhir 5 Mei lalu.
Hasil pemilihan umum ini disambut sukacita oleh rakyat Prancis dan
respons yang beragam di belahan Eropa. Kemenangan tipis Hollande
memangmengundangberbagai spekulasi.Apakah rakyat memilih karena
janji-janji kampanye yang lebih populis ataukah mereka karena alasan
"asal bukan Sarkozy".Namun, terlepas dari itu, hasil pemungutan suara
membuktikan keinginan rakyat Prancis akan ada angin perubahan di bawah
kepemimpinan Sosialis.
Akhir Merkozy?
Kerja sama Prancis dan Jerman telah menjadi motor bagi perkembangan di
Eropa. Sejarah membuktikan bahwa maju mundurnya Eropa tidak bisa
dipisahkan dari peran yang diambil kedua negara khususnya sejak Charles
de Gaulle dan Konrad Adenaeur memimpin Prancis dan Jerman. Dalam
penyelesaian krisis Eropa, Prancis, dan Jerman telah memainkan peran
yang signifikan.
Saking eratnya duo antara Merkel,kanselir Jerman, dan Sarkozy, presiden
Prancis dijuluki "Merkozy" karena kekompakannya menggiring Eropa dengan
program-program penyelamatan yang lebih bersifat austeristik. Sebagai
dua pemimpin konservatif, mereka berhasil menggolkan Fiscal Pact atau EU
Austerity Treaty yang ditandatangani oleh 25 negara di Uni Eropa.
Fiscal Pact ini pada dasarnya mengharuskan negara anggota EU membatasi
defisit pemerintah kurang dari 0,5% dari PDB dan sepakat dikenakan denda
dari Administrasi EU bila defisit mereka melebihi ambang batas tersebut.
Pakta ini harus diratifikasi oleh 25 negara EU, sedangkan Inggris dan
Ceko telah menolak menandatanganinya sejak awal dengan alasan melanggar
kedaulatan.
Negara-negara EU dipaksa memotong anggaran pemerintah, lebih dari
sepuluh persen pengangguran tercipta akibat resesi ekonomi
berkelanjutan. Negara-negara EU dalam posisi sulit yang tidak hanya
secara ekonomi,tetapi juga sosial politik. Hingga kini pakta ini telah
diratifikasi 12 negara sedangkan beberapa negara lain masih menyisakan
persoalan domestik yang harus diselesaikan antara lain dengan
referendum. Misalnya, langkah referendum yang akan ditempuh Irlandia di
musim panas nanti.
Merllande?
Pascakemenangan Hollande duo"Merkozy"terancam.Paling tidak kelanjutan
dari sisi ide. Selama kampanye Hollande terus mendengungkan renegosiasi
Fiscal Pact bila terpilih. Langkah populis inilah yang antara lain
mendorong rakyat Prancis memilih pentolan Partai Sosialis ini. Janji itu
pun sepertinya akan ditepati dengan rencana kunjungan Hollande kepada
Merkel untuk membicarakan hal ini.
Namun, pemenuhan janji itu masih harus menempuh jalan terjal karena
Merkel telah mewanti-wanti Hollande bahwa tidak akan ada renegosiasi
tentang pakta ini. Hollande bukan tidak sadar dengan "peringatan" Merkel
tersebut, melainkan ia berpandangan bahwapasti ada jalan berkompromi
untuk sedikit melakukan perubahan yang bisa menjadi pelengkap dari pakta
tersebut.
Dari komunikasi politik antar dua pemimpin di berbagai media
mengindikasikan posisi-posisi tawar masing-masing yang tinggi, seolah
tak mau kompromi terjadi. Di sinilah turning point masa depan
penyelamatan Eropa dari krisis dipertaruhkan. Kemenangan Hollande atas
petahana (incumbent) Sarkozy dalam pemilihan presiden Prancis
menunjukkan beberapa pelajaran berharga.
Pertama, dalam situasi ekonomi dan sosial yang sulit,apalagi sedang
mengalami krisis berkepanjangan, rakyat menginginkan perubahan. Calon
yang mampu mengartikulasikan dengan efektif ide-ide perubahan yang lebih
baik diikuti dengan kerja-kerja politik yang cerdas akan memiliki
kesempatan lebih besar untuk dipilih rakyat.Akhirnya kandidat tersebut
memenangi pertarungan.
Apalagi bila ada tendensi calon petahana tidak memiliki prestasi yang
impresif selama masa kepemimpinannya, akan lebih mudah meraup kemenangan
jumlah suara walaupun tipis. Kedua, dalam kehidupan demokrasi yang
relatif lebih matang seperti di Eropa dan Amerika Serikat, dengan
kecenderungan pilihan partai politik yang mengerucut pada tahapan
pemilihan suara akhir, misalnya dua partai, perbedaan ideologis di
antara kandidat yang menjadi alasan rakyat menentukan pilihan.
Perbedaan ideologis ini jelas membawa implikasi alternatif kebijakan
yang akan dipilih. Dalam konteks pertarungan Hollande versus Sarkozy,
tampak jelas bahwa rakyat menginginkan kebijakan yang membuka ruang
terhadap "pertumbuhan" dibandingkan "pengetatan" yang selama ini diusung
duo "Merkozy". Ketiga, ke mana Hollande akan membawa Prancis masih akan
menjadi pertanyaan besar.
Ada kecenderungan bahwa para pemimpin yang berasal dari partai Sosialis
sekalipun dituntut untuk berkompromi dengan ide-ide propasar yang lebih
mengedepankan kehatihatian dan tata kelola ekonomi korporasi
besar.Apalagi bila dihadapkan pada kenyataan dengan kondisi keuangan
domestik negaranya yang terbeban utang misalnya. Belum lagi, desakan
lembaga-lembaga internasional pemberi utang yang memiliki kecenderungan
memberikan persyaratan tertentu (conditionalities) bagi pengucuran
bantuannya.
Sejarah mencatat paling tidak di negara-negara Amerika Latin, para
pemimpin partai Sosialis yang memenangi pemilu biasanya akan cenderung
berkompromi dengan kemauan pasar yang lebih liberal. Dengan demikian,
"kompromi" sepertinya akan menjadi kata kunci yang mengemuka dalam
beberapa bulan ke depan.
Hollande harus mampu menyeimbangkan antara ekspektasi konstituen
domestiknya dan tetap berkontribusi secara positif dalam penyelamatan
Eropa dari krisis dengan meneruskan kerja sama dengan Merkel. Bila
berhasil dicapai kesepakatan, tidak mustahil akan terbangun "Merllande"
menggantikan "Merkozy" yang membawa hal positif tidak hanya bagi
Prancis, tetapi juga Eropa.●
TIRTA N MURSITAMA PHD
Head, Institute for Business and Diplomatic Studies,
Bina Nusantara University
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/493342/
--
"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com
"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Catatan : - Gunakan bahasa yang baik dan santun
- Tolong jangan mengiklan yang tidak perlu
- Hindari ONE-LINER
- POTONG EKOR EMAIL
- DILARANG SARA
- Opini Anda menjadi tanggung jawab Anda sepenuhnya dan atau
Moderator Tidak bertanggung Jawab terhadap opini Anda. -~----------~----~----~----~------~----~------~--~------------------------------------------------------------
"Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan." -- Otto Von Bismarck.
"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" -Ali bin Abi Talib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.