Rabu, 16 Mei 2012

[Koran-Digital] Tragedi Shukoi, Tim Indonesia - Rusia Saling Sikut?

Tragedi Shukoi, Tim Indonesia - Rusia Saling Sikut?

TEMPO.CO, JAKARTA:-- Kecelakaan pesawat Sukhoi SuperJet 100 yang merengut 45 nyawa penumpang dan awak menyisakan banyak pekerjaan bagi pemerintah Rusia serta Indonesia. Namun alih-alih bekerja sama, tim kedua belah pihak saling mengerutu di belakang karena susah bekerjasama.




Salah satu anggota tim dari Rusia menuding tim dari Indonesia sengaja menunda pencarian rekaman pembicaran pesawat atau Black Box. "Sepertinya tim dari pemerintah Indonesia sengaja menunda pencarian black box karena menyembunyakan sesuatu," kata seorang sumber Kementerian Keadaan Darurat Rusia yang ikut dalam pencarian korban Sukhoi di Gunung Salak, Jawa Barat.

Seperti dilansir situs Lifenews.ru, Selasa 15 Mei 2012, sejumah pejabat Kementerian Rusia ikut turun ke lokasi kecelakaan pesawat Sukhoi. Tapi pemerintah Indonesia tidak mengizinkan mereka membantu. Sehingga tim Rusia hanya bisa menonton proses pencarian saja.

Salah satu yang disoal adalah, tim SAR Rusia tak bisa memakai helikopter disana. Padahal ketika ke Gunung Salak, kata si sumber, mereka memboyong segala perlengkapan termasuk helikopter. "Tapi pemerintah Indonesia tidak mengizinkan kami menggunakannnya. Alasan mereka cuaca sedang berangin," kata sumber itu di Lifenews.ru.(baca:Tim Rusia Dilarang Terbangkan Helikopter ke Lokasi)




Tudingan tidak bisa diajak bekerjasama juga dilontarkan pemerintah Indonesia ke Rusia. Alasannya, pemerintah Rusia dianggap menolakj memberikan sampel DNA korban Sukhoi. Sehingga tim Disaster Victim Indentification (DVI) Markas Besar Kepolisian RI sulot mengidentifikasi jati diri korban dari Rusia. "Ahli Rusia melarang patolog mengakses sampel DNA, contoh gigi, dan sidik jari dari kerabat penumpang serta awak Sukhoi," tulis Lifenews.ru.

Situs berita itu juga melaporkan jika pemerintah Indonesia sudah melayangkan surat ke Kedutaan Rusia untuk segera memberikan sampel DNA. Sebab tanpa contoh DNA, proses identifikasi penumpang dan awak Rusia terpaksa ditunda.

Tragedi Sukhoi SuperJet 100 terjadi pada 9 Mei 2012. Pesawat produksi Rusia itu lepas landas dari Landasan Udara Halim Perdanakusuma pukul 14.12 untuk melakukan joy flight ke seltan Jakarta. Sekitar 21 menit di udara, Yablontsev menghubungi menara kontrol di Bandara Soekarno-Hatta dan meminta izin turun dari ketinggian 10 ribu ke enam ribu kaki. Namun setelah itu, Sukhoi menghilang. Deteksi radar terakhir menunjukkan pesawat itu berada di wilayah Gunung Salak.

Kepala Badan Search and Rescue Nasional, Marsekal Madya Daryatmo menolak ketidakharmonisan tim dua negara ini. Menurut dia, sejak awal, pemerintah dua negara sudah berkomitmen untuk saling bekerjasama bahu membahu mengevakuasi korban dan mengungkap terjadinya kecelakaan.

Soal penyebab helikopter Rusia pada hari-hari awal belum turun karena itu demi keselamatan bersama. Selain dua hari pertama evakuasi, lalu lintas helikopter di udara saat ini sedang padat, juga karena saat itu Rusia dianggap belum menguasai medan.   "SAR itu tidak mengenal batas, tidak kenal suku, dan agama. Tapi keselamatan tetap kita utamakan. Kalau mereka tidak kenal kondisi kita, masa kita biarkan," ujarnya,

Selain itu, ada tahap yang perlu dilalui oleh pihak Rusia. "Ada tahapan. Katakanlah cek kesehatan dulu dan familiarisation dulu. Belakangan mereka menerima" ujarnya. "Mereka tidak keberatan" ujarnya. Ia berjanji, nantinya, tim Indonesia akan bekerjasama mengevakuasi. "Sama-sama. Kan kecelakaan sama-sama, cari sama-sama."

LIFENEWS | CORNILA DESYANA | ATMI PERTIWI

http://www.tempo.co/read/news/2012/05/17/173404384/Tragedi-Shukoi-Tim-Indonesia---Rusia-Saling-Sikut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.